Yudistira
Yudistira merupakan saudara para Pandawa yang paling tua. Ia
merupakan penjelmaan dari Dewa Yama
dan lahir dari Kunti.
Sifatnya sangat bijaksana, tidak memiliki musuh, dan hampir tak pernah berdusta
seumur hidupnya. Memiliki moral yang sangat tinggi dan suka mema’afkan serta
suka mengampuni musuh yang sudah menyerah. Memiliki julukan Dhramasuta
(putera Dharma),
Ajathasatru (yang tidak memiliki musuh), dan Bhārata (keturunan Maharaja Bharata). Ia menjadi seorang Maharaja dunia setelah perang akbar di
Kurukshetra berakhir dan mengadakan upacara Aswamedha demi menyatukan kerajaan-kerajaan India
Kuno agar berada di bawah pengaruhnya.
Setelah pensiun, ia melakukan perjalanan suci ke gunung Himalaya
bersama dengan saudara-saudaranya yang lain sebagai tujuan akhir kehidupan
mereka. Setelah menempuh perjalanan panjang, ia mendapatkan surga.
Bima
Bima merupakan putra kedua Kunti dengan Pandu. Nama bhimā dalam bahasa Sanskerta memiliki arti "mengerikan". Ia merupakan
penjelmaan dari Dewa Bayu sehingga memiliki nama julukan Bayusutha. Bima
sangat kuat, lengannya panjang, tubuhnya tinggi, dan berwajah paling sangar di
antara saudara-saudaranya. Meskipun demikian, ia memiliki hati yang baik.
Pandai memainkan senjata gada. Senjata gadanya bernama Rujakpala dan pandai memasak. Bima
juga gemar makan sehingga dijuluki Werkodara. Kemahirannya dalam
berperang sangat dibutuhkan oleh para Pandawa agar mereka mampu memperoleh
kemenangan dalam pertempuran akbar di
Kurukshetra. Ia memiliki seorang putera dari
ras rakshasa
bernama Gatotkaca, turut serta membantu ayahnya berperang, namun gugur.
Akhirnya Bima memenangkan peperangan dan menyerahkan tahta kepada kakaknya, Yudistira.
Menjelang akhir hidupnya, ia melakukan perjalanan suci bersama para Pandawa ke
gunung Himalaya.
Di sana ia meninggal dan mendapatkan surga. Dalam pewayangan Jawa, dua putranya
yang lain selain Gatotkaca ialah Antareja
dan Antasena.
Arjuna
Arjuna
merupakan putra bungsu Kunti dengan Pandu. Namanya (dalam bahasa Sanskerta) memiliki arti "yang bersinar", "yang
bercahaya". Ia merupakan penjelmaan dari Dewa Indra, Sang Dewa perang. Arjuna memiliki
kemahiran dalam ilmu memanah dan dianggap sebagai ksatria
terbaik oleh Drona.
Kemahirannnya dalam ilmu peperangan menjadikannya sebagai tumpuan para Pandawa
agar mampu memperoleh kemenangan saat pertempuran akbar di
Kurukshetra. Arjuna memiliki banyak nama
panggilan, seperti misalnya Dhananjaya (perebut kekayaan – karena ia
berhasil mengumpulkan upeti saat upacara Rajasuya
yang diselenggarakan Yudistira); Kirti (yang bermahkota indah – karena ia diberi
mahkota indah oleh Dewa Indra saat berada di surga); Partha (putera Kunti – karena ia merupakan putra Perta
alias Kunti).
Dalam pertempuran di
Kurukshetra, ia berhasil memperoleh kemenangan
dan Yudistira
diangkat menjadi raja. Setelah Yudistira mangkat, ia melakukan perjalanan suci
ke gunung Himalaya bersama para Pandawa dan melepaskan segala kehidupan
duniawai. Di sana ia meninggal dalam perjalanan dan mencapai surga.
Nakula
Nakula
merupakan salah satu putera kembar pasangan Madri dan Pandu. Ia merupakan penjelmaan Dewa
kembar bernama Aswin,
Sang Dewa pengobatan. Saudara kembarnya bernama Sadewa, yang lebih kecil darinya, dan
merupakan penjelmaan Dewa Aswin juga. Setelah kedua orangtuanya meninggal, ia bersama
adiknya diasuh oleh Kunti, istri Pandu yang lain. Nakula pandai memainkan senjata pedang. Dropadi
berkata bahwa Nakula merupakan pria yang paling tampan di dunia dan merupakan
seorang ksatria berpedang yang tangguh. Ia giat bekerja dan senang melayani
kakak-kakaknya. Dalam masa pengasingan di hutan, Nakula dan tiga Pandawa yang
lainnya sempat meninggal karena minum racun, namun ia hidup kembali atas
permohonan Yudistira. Dalam penyamaran di Kerajaan Matsya
yang dipimpin oleh Raja Wirata, ia berperan sebagai pengasuh kuda. Menjelang akhir
hidupnya, ia mengikuti pejalanan suci ke gunung Himalaya
bersama kakak-kakaknya. Di sana ia meninggal dalam perjalanan dan arwahnya
mencapai surga.
Sadewa
Sadewa
merupakan salah satu putera kembar pasangan Madri dan Pandu. Ia merupakan penjelmaan Dewa
kembar bernama Aswin,
Sang Dewa pengobatan. Saudara kembarnya bernama Nakula, yang lebih besar darinya, dan
merupakan penjelmaan Dewa Aswin juga. Setelah kedua orangtuanya meninggal, ia bersama
kakaknya diasuh oleh Kunti, istri Pandu yang lain. Sadewa adalah orang yang sangat rajin dan
bijaksana. Sadewa juga merupakan seseorang yang ahli dalam ilmu astronomi.
Yudistira
pernah berkata bahwa Sadewa merupakan pria yang bijaksana, setara dengan Brihaspati,
guru para Dewa. Ia giat bekerja dan senang melayani kakak-kakaknya. Dalam
penyamaran di Kerajaan Matsya yang dipimpin oleh Raja Wirata, ia berperan sebagai pengembala
sapi. Menjelang akhir hidupnya, ia mengikuti pejalanan suci ke gunung Himalaya
bersama kakak-kakaknya. Di sana ia meninggal dalam perjalanan dan arwahnya
mencapai surga.
kamu gak llus. .
BalasHapus